Laman

Hikmah Ikhlas

Rabu, 02 Februari 2011

Perjodohanku Dengannya

Oleh: Ica Alifah

Sesungguhnya aku tak mengenalnya. Tetapi teman-temanku selalu saja membicarakan kebaikannya. Setiap hari ada saja berita terbaru tentangnya. Sehingga tanpa disadari aku mengenalnya dengan baik. Aku hanya pernah melihatnya beberapa kali. Waktu itu dia sedang mengisi pengajian. Tak heran jika banyak wanita yang menyukainya. Soleh, cerdas dan kharismatik cerminan akan dirinya. Diam-diam aku menyimpan hati untuknya. Tak berapa lama kudapatkan kabar bahwa ia akan menikah. Hatiku terasa sakit. Tapi bukan salahnya, memang aku bukan siapa-siapa. Kudo’akan agar keluarganya selalu bahagia. Setelah itu aku tak pernah lagi mendengar kabar tentangnya.
Tapi hari ini, semua seperti mimpi. Lelaki yang pernah kucintai itu berada di sampingku. Tamu undangan begitu ramai. Keluarga kami berkumpul. Sebentar lagi ia akan mengucapkan ijab kabul. Tak berapa lama lagi aku akan menjadi istrinya yang sah. Istri keduanya. Kuharap perjodohanku dengannya berujung bahagia.

Setahun yang lalu

Setelah menikah Rahman dan istrinya tinggal di sebuah rumah sederhana. Suasana pedesaan mereka pilih untuk kehidupan barunya. Istrinya yang cantik, baik dan tentunya soleha itu membuat kehidupannya sangat bahagia. Kini istrinya Aisyah sedang hamil tua. Tak beberapa lama lagi anak mereka akan lahir.

“Mas… rasanya perut Aisy sudah mules Mas.” Ia meringis kesakitan.

“Tahan sebentar ya Dek, kita akan ke rumah sakit.”

Dokter merekomendasikan agar istrinya dioperasi. Rahman setuju. Suasana tegang menyelimuti dirinya. Tak henti-henti ia berdo’a untuk istri dan anaknya yang akan segera lahir. Ia menunggu di depan pintu kamar operasi. Setelah beberapa jam pintu pun terbuka. Dan seorang Dokter menghampirinya.

“Bagaimana Dok?”

Sang Dokter terdiam cukup lama.

“Dengan sangat berat hati saya katakan Pak. Istri anda tak dapat tertolong, karena kehabisan banyak darah. Sedangkan si bayi meninggal dalam kandungan. Saya minta maaf.” Dokter itu tertunduk.

Tiba-tiba Rahman tersungkur.

“Ya Allah, berat sekali ujian ini.” Ia menangis terisak. Istri yang sangat dicintainya telah pergi meninggalkannya.

Enam bulan kemudian

“Nak apa kamu tidak punya niat untuk menikah lagi?” ibu Rahman bertanya.
“Tidak tau Bu.” Jawabnya datar.

“Kamu harus menikah Rahman, kamu anak laki-laki satu-satunya dikeluarga kita, jika kamu tidak mempunyai anak maka penerus keluarga kita akan terputus.”

“Rahman belum bisa melupakan Aisyah Bu.”

“Dengarkan saja ibumu ini… semuanya demi kebaikanmu juga.”

“Baiklah kalau begitu, terserah ibu saja.”

***
27 tahun sudah usiaku. Mungkin memang sudah waktunya untuk menikah. Hari ini aku berniat menemui paman. Beliau bilang akan mengenalkanku pada seorang lelaki, ibu si lelaki merancang perjodohan kami. Paman sudah menceritakan padaku, bahwa lelaki itu sudah pernah menikah sebelumnya, dan istrinya telah meninggal dunia. Dengan berbagai pertimbangan aku putuskan untuk bertemu dengan keluarganya.

Dirumah paman kami berkumpul. Dunia memang sempit, lelaki yang dimaksudkan paman adalah dia, lelaki yang pernah kumimpikan untuk mendampingi hidupku. Ini mungkin yang namanya jodoh tak kemana. Semua urusan pernikahan kami begitu lancar. 2 minggu setelah ia melamarku kami pun menikah.

Dua tahun kemudian

Ia memang lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Namun tak kusangka sampai saat ini, ia tak pernah bisa melupakan istri pertamanya. Hampir setiap malam ia bermimpi seraya memanggil-manggil Aisyah. Hatiku serasa hancur. Dalam shalat malamku… aku selalu berdo’a agar suatu saat ia mencintaiku seperti mencintai Aisyah.***


Cerita ini diikutsertakan pada lomba cipta flash fiction perjodohan oleh Hasfa Publisher.



20/11/2011


Naskah ke-5 yang aku tulis. Lolos 75 Besar dari 481 Naskah. Insya Allah dibukukan Hasfa Publisher

Tidak ada komentar:

Posting Komentar