Laman

Hikmah Ikhlas

Sabtu, 09 April 2011

Penulis Senja Terakhir

Assalamu'alaikum.... Kemarin, lihat-lihat BLOG tetangga... ternyata ada contest yang di taja Penulis Senja...Penulis asal negeri Jiran... Saya ikutan contest ini karena saya memang suka menulis cerpen, walau jarang menang tapi tak apa, hitung-hitung latihan menulis... Heheh... dia bilang tak masalah tulisannya apa saja, boleh cerpen, puisi, novel atau yang lainnya. Tapi kebanyakan yang join pada buat puisi, tapi saya tak pandailah menulis puisi, jadi saya tulis cerpen saja. Bagus tak bagus, bilang aja bagus ya... Hehehe... silahkan dibaca, sekali-kali dikomen lah... Hihihi ^_^ kalo ada yang mau ikutan, lihat keterangannya di sini.


SMS Maliki
Oleh: Ica Alifah
“Duhai Gadis Penyulam Kata, izinkanlah aku mengenalmu tanpa suara.”
Entahlah, aku tak tahu apa maksud kalimat yang tertulis dalam sebuah pesan singkat dalam HP yang sekarang sedang aku genggam. Kulihat nomor pengirimnya. Tidak dikenal, lantas siapakah yang mengirimnya? SMS itu cukup membuatku mati penasaran. Tapi, untuk apa? Aku berfikir sejenak barangkali ada terlintas sesuatu, kata kunci yang bisa menunjukkan sebenarnya siapakah orang misterius yang hampir setiap hari setiap waktu selalu mengirimkanku SMS, hanya sekedar mengabarkan kegiatan yang ia lakukan saja.
“Aku sedang makan siang, setelah ini akan kembali berjualan. Ma’afkan aku, aku hanya lelaki biasa yang sehari-harinya berjualan untuk menyambung hidup….”
Lagi-lagi SMS itu datang. Aku rasa aku tak perlu mengacuhkan SMS ini. Mungkin dia mengirimkan semua pesan itu agar aku membalasnya. Sehari, dua hari,  seminggu, dua minggu… tak pernah sekali pun aku membalas pesannya.
“Mengapa tidak tukar nomor HP saja May?” Tanya temanku penasaran.
“Tukar lagi? Dalam setahun ini aku sudah tukar nomor hampir 5 kali Mi.” Ujarku pada Najmi yang sedang membetulkan jilbanya, padahal jilbabnya itu sudah rapih dari tadi.
“Iya tukar sekali lagi, dari pada diganggu terus tuh, sama Pujangga Tanpa Nama.” Najmi mengedip-ngedipkan matanya menggodaku.
“Tanpa nama apanya? Wong dia ngasih tau kok. Namanya Maliki.” Kulihatkan SMS pemuda misterius itu, pada bagian akhir pesannya selalu ia cantumkan namanya.
“Ooo… Maliki ya? Wah seperti apa ya orangnya? Jangan-jangan tampan May.” Najmi tersenyum-senyum sendiri, tampaknya sedang membayang-bayangkan wajah pemuda yang dikiranya tampan itu. Padahal belum tentu juga begitu.
“Sudah, nggak usah dipikirkan Mi, siapa tau juga orang iseng. Aku kan sering menulis di Blogku, juga sering ikutan lomba menulis jadi no HP-ku sering terpampang di beberapa pengumuman. Bisa saja dia kenal aku dari dunia maya.” Aku menjelaskan panjang lebar pada Najmi.
“Ya sudah, ayo kita berangkat ke kampus.” Ajak Najmi. Lalu kami berangkat bersama.
***
“Wahai Gadis Penyulam Kata, sudikah engkau mengenlaku? Tolong ajari aku Islam.”
SMS itu datang lagi. Tapi kali ini jika tak kubalas maka dia akan mengira kalau aku sombong, sedangkan dia mau belajar Islam dariku. Tapi mengapa harus aku? Aku jadi bingung, bukankah jika dia belajar dari sesama lelaki akan lebih mudah.
“Ooo… mau belajar Islam. Baiklah akan aku carikan temanku. Insya Allah dia akan dengan senang hati mengajarkanmu.” SMS jawaban dariku.
“Baiklah. Tidak masalah.” SMS balasannya.
Aku sibuk mencari-cari teman yang punya waktu untuk mengajarinya tentang Islam. Agak sulit memang, karena komunikasinya akan dilakukan via sms atau pun telepon. Aku menghubungi beberapa teman dan Alhamdulillah akhi Rahman bersedia membantuku.
“Assalamu’alaikum… ma’af Maliki, ini no HP, teman yang saya janjikan kemarin. Belajar saja padanya namanya Rahman… Insya Allah pengetahuannya tentang Islam cukup luas.” SMS-ku yang kukirim untuk Maliki.
Aku menunggu-nunggu balasan darinya. Tapi lama aku menunggu tak ada balasan darinya. Sehari, dua hari, tiga hari SMS-ku tak kunjung bebrbalas.
***
Lelah sepulang dari kampus aku merebahkan badanku ke atas ranjang. Haah… nyamanya istirahat sebentar. Esok hari ada jadwal ujian, aku harus konsentrasi belajar. Tiba-tiba HP-ku bergetar, pertanda SMS masuk.
“Hai Gadis… Apa kabarmu? Aku sedang bekerja. Do’akan aku sukses ya?”
Ternyata dia lagi, tapi mengapa SMSnya tak sesuai dengan topik yang kemarin? Padahal aku sedang menunggu jawabannya. Bersedia atau tidak belajar Islam dengan Akhi Rahman. Ahhh… sudahlah. Aku malas menjawab SMS-nya. Aku mulai belajar untuk ujian besok. Kuambil buku-buku dan bahan kuliah Biokimia. Aduh… banyak sekali. Keningku berkerut melihat tumpukan buku itu.
“Hai Gadis… mengapa tak menjawab SMS-ku? Salahkah aku jika ingin berkenalan denganmu?”
Lagi-lagi SMS darinya. Ini sudah terlalu sering dia menggangguku. Sebenarnya apa maunya? Ingin belajar Islam sudah kuberikan No HP Akhi Rahman agar dia mudah berkomunikasi, lalu apa lagi? Kenapa masih menggangguku. Aku benar-benar marah padanya. Baiklah kubalas saja SMS-nya.
“Assalamu’alaikum… ma’afkan aku. Bukan tidak mau menyambung silatirrahim padamu. Tapi jika setiap kali setiap waktu kamu mengirimkan SMS padaku aku benar-benar terganggu. Tolonglah jangan ganggu aku lagi. Sekali lagi ma’afkan aku.” Dengan sangat terpaksa aku kirimkan SMS itu, ini untuk kebaikanku dan kebaikannya juga. Aku berharap dia tidak marah.
Wa’alaikumussalam. Saya cukup kecewa dengan SMS kamu ini. Bukankah Rasulullah tidak pernah pilih-pilih dalam berdakwah. Siapa saja yang ingin belajar tentang Islam pasti Beliau ajarkan.”
Aku terkejut dengan SMS balasannya. Ya Allah… bukan maksud hati memilih-milih orang untuk didakwahi. Bukankah aku sudah memberikan Rekomendasi orang yang lebih baik pemahamannya. Baru sebentar SMS pertama masuk, lalu SMS kedua pun datang.
Baiklah aku mengaku namaku bukan Maliki, memang aku suka nama itu tapi nama asliku adalah Andika, pekerjaanku bukan berjualan seperti yang aku katakan dahulu. Aku bekerja di perusahaan besar di Riau. Mungkin kamu tak sudi berkenalan denganku karena pekerjaanku berjualan kan? Aku tak menyangka engakau orang yang pilih-pilih seperti itu. Maafkan aku telah mengganggu selama ini. Wassalam.”
SMS yang kedua ini benar-benar menghakimiku… Masya Allah aku tak pernah bermaksud demikian. Bukankah seharusnya aku yang marah padanya, karena selama ini dia telah berbohong padaku? Aku tak habis fikir, sebenarnya apa salahku? Aku tak mau membalas SMS-nya lagi, meskipun seharusnya aku membela diri.
Aku termenung di sudut kamarku. Memandang ke arah jendela. Langit mendung sore ini, tampaknya suasana langit mengikuti suasana hatiku. Tertegun aku sebentar. Lalu hatiku bertanya-tanya. Mengapa kejadian berulang-ulang seperti ini selalu terjadi padaku. Apakah aku harus mengganti no HP lagi? Ahh…tidak usah. Kubuka HP-ku. Lalu kuhapus nomor HP Maliki yang baru saja kemarin aku simpan.
Selamat tinggal, jangan benci aku. Aku sudah mema’afkanmu yang berbulan-bulan, selama ini membohongiku. Semoga, engkau menemukan Hidayah Allah, jika bukan dariku, semoga ada yang menuntunmu. Lirihku dalam hati.***

Tarikh tutup contest  25 apriL 2011  


Tag Gadis Penyulam Kata:
1.Reza
2.Sokjadipahlawan
3.Kata adalah Senja

1 komentar: