Laman

Hikmah Ikhlas

Kamis, 28 April 2011

Bersabar di Kloter Terakhir


Setelah perbincangan di telpon itu aku sadar di mana letak kesalahanku. Ah... andai bisa kuurai di sini. Sudahlah kita skip saja pembicaraan itu. Teringat kembali Form-01 yang sudah kuisi dengan kehati-hatian. Berharap ada seseorang yang nantinya akan membaca uraian singkat tentangku di dokumen file 10 halaman penuh itu. Tetapi sekarang file itu harus aku simpan kembali, terlalu lelah menuliskannya hingga aku tak kuasa untuk mendeletenya. Barangkali file itu akan kulihat kembali dua atau tiga tahun yang akan datang, itu pun  jika masa hidupku masih sampai.

Aku sudah mengira akan begini akhirnya. Dilihat dari semua sudut, aku juga sudah merasa akan menjadi salah satu orang yang harus bersabar di kloter terakhir. Tak jadi masalah. Tidak apa-apa… benarkah ini suara hati yang berbicara? Atau hanya mulut saja yang berkata? Aku tak perduli. Hati dan mulutku harus berdamai, bersama-sama bertahan di kloter terakhir tuk saling menghibur. Tak apa-apa, aku akan menunggu hingga Allah dan Ayah Ridho atas diriku. Jangan khawatir…! anak Ayah “akhwat"berhati baja. Ayah tenang saja.

Pandanganku menerawang menyusuri kertas-kertas yang ku temple di papan mading kamar asramaku.  Banyak rencana, cita-cita dan mimpi-mimpi yang kuukir di sana. Ah… sudah lupa kah aku dengan tulisan merah di atas kertas kecil itu. “Walimahan 27 Tahun”… itu target yang sudah kususun jauh-jauh hari dengan tekad yang bulat, sebelum aku menginjakkan kaki di tanah rantau ini. Saat aku masih berjuang dengan tugas akhirku tempo dulu, dan kini aku melupakannya. Hingga perbincangan itu harus mengingatkanku kembali pada keegoisanku selama ini.

Ah… sekali lagi harus aku katakan. Hidup ini misteri yang terurai dengan penuh kerahasiaan. Bagai teka-teki kasus sang Detektif yang rumit untuk dipecahkan. Atau bagai susunan puzzle kehidupan yang susunannya sangatlah membingunkan. Mengalir terus mengikuti irama nadi dan detakan jantung yang teratur. Bagaikan tarikan nafas yang tak pernah lupa kita hirup lalu dilepaskan kembali. Maka berjalannya kehidupan tak lepas dari Kuasa-Nya. Haaah… kenapa menarik nafas panjang? Mulai bosan kah?



Bogor, 26 Mei 2011
Ruang Inspirasi, AM Lorong Atas
Menulis, menyulam kata
Allah punya banyak skenario
pastinya akan lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar